📢Tersedia Free Ongkir & Bayar di Tempat
Pagi di Subang seharusnya berjalan tenang. Udara masih lembap, langit sedikit berawan, dan sebagian warga baru saja memulai aktivitasnya. Namun ketenangan itu pecah seketika ketika sebuah ledakan keras mengguncang udara, diikuti kobaran api tinggi menjulang dari bawah tanah.
Warga sekitar berlarian keluar rumah. Suara dentuman itu datang dari area jalur pipa gas milik Pertamina — sebuah jaringan yang selama ini nyaris tak terlihat, bekerja diam-diam di bawah tanah, menyalurkan energi ke berbagai penjuru negeri. Tapi pagi itu, sesuatu di bawah tanah tak lagi tenang.
Beberapa pekerja lapangan yang sedang melakukan pemeriksaan rutin di lokasi tak sempat menghindar. Dua orang mengalami luka-luka, terkena semburan panas dan serpihan tanah yang terhempas kuat. Asap tebal dan bau gas segera menyelimuti kawasan sekitar, membuat warga panik dan berhamburan menjauh.
Dalam hitungan menit, tim tanggap darurat Pertamina tiba di lokasi. Mereka mengenakan pakaian pelindung tebal, menutup akses jalan, dan mulai melakukan isolasi jalur gas. Sementara itu, sirene mobil pemadam meraung, menandakan situasi darurat. Butuh waktu untuk menaklukkan api yang berasal dari tekanan gas di bawah tanah.
“Yang penting sekarang adalah menutup aliran,” ujar seorang teknisi sambil berteriak di tengah kepulan asap. Ia dan timnya berpacu dengan waktu — karena dalam kasus seperti ini, setiap detik berarti selangkah lebih dekat ke keselamatan atau bencana berikutnya.
Setelah beberapa jam, api berhasil dijinakkan. Namun yang tersisa hanyalah tanah hangus, potongan pipa logam yang melengkung karena panas, dan wajah-wajah tegang para petugas di lapangan.
Pertamina segera membentuk tim investigasi khusus. Mereka harus mencari tahu: apa yang sebenarnya terjadi?
Apakah pipa itu sudah tua dan berkarat? Apakah ada tekanan gas yang melonjak tanpa terdeteksi? Atau mungkin ada aktivitas eksternal — alat berat, pengeboran, atau getaran yang tak sengaja mengenai jalur pipa?
Di laboratorium, potongan pipa yang rusak dibersihkan dan diuji. Di pusat kontrol, para insinyur menelusuri data tekanan dan aliran gas dari sistem SCADA, mencari anomali sebelum ledakan. Sementara itu, tim komunikasi berusaha menenangkan warga, menjelaskan bahwa situasi sudah terkendali.
Di balik peristiwa ini, satu hal menjadi pelajaran penting: energi yang kita nikmati setiap hari datang dari sistem yang kompleks dan sensitif. Pipa-pipa yang tertanam di bawah tanah bukan hanya sekadar besi, tetapi urat nadi kehidupan industri — yang memerlukan perawatan, perhatian, dan kehati-hatian luar biasa.
Ledakan Subang adalah peringatan keras, bahwa di balik nyala api yang sesaat, ada pesan panjang tentang keselamatan, tanggung jawab, dan pentingnya menjaga infrastruktur energi bangsa.
Pertamina berjanji untuk memperkuat inspeksi berkala, menambah sistem deteksi kebocoran otomatis, dan meningkatkan kesadaran masyarakat di sekitar jalur pipa. Karena di dunia energi, pencegahan selalu lebih berharga daripada pemadaman.